31 Agustus, 2007

Pengrusakan Alam (Hutan) Era tahun '80an, '90an dan ada apa dengan era '00an

Dari: Norahmansyah <
Kepada: tata_ruang_riau@yahoogroups.com
Cc: chuck_noers@yahoo.com
Terkirim: Jumat, 22 Juni, 2007 3:50:46
Topik: [tata_ruang_riau] Pengrusakan Alam (Hutan) Era tahun '80an, '90an dan ada apa dengan era '00an

Sekedar coba-coba belajar menulis apa kata hati mengenai kenyataan yang ada di Negeri Kita ini, karena saya tidak punya kapasitas intelektual di bidang-bidang yang di diskusikan dari milis-milis email di Tata Ruang Riau ini sehingga tidak bisa ikutan secara profesional bahas-membahas setiap tofik yang terkirim via email, semoga layak untuk dibaca juga :

Tahun 1980an

Adalah era dimana dimulainya pembukaan dan pengrusakan alam (hutan) besar-besaran di hampir semua provinsi oleh kroni-kroni pejabat berkuasa dengan para cukong yang notabene bermata sipit dengan dalih untuk kemaslahatan masyarakat (dengan dalih transmigrasi pemerataan penduduk) dan rakyat Indonesia umumnya.

Yang terjadi di Sumatera, Riau khususnya adalah rusaknya paru-paru alam daerah Riau.

Riau Daratan khususnya, lebih spesifik lagi seperti daerah Rantau Kuantan Indera Giri Hulu dulunya (setelah pemekaran jadi Kuantan Singingi), ada kawasan yang disebut Kukok (baca : kuko'), saat itu masih Hutan Belantara dengan keanekaragaman kekayaan Hayati di dalamnya, dengan alasan untuk pembukaan lahan Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet, padahal misi utamanya adalah untuk mengambil berJutaan Kubik ton Kayu-kayuan untuk diolah dan diekspor oleh para cukong. Untuk menutupi misi penipuan mereka pada masyarakat, dicanangkan kepada masyarakat untuk berkebun karet dan diberi bantuan modal untuk memuluskan mereka mengambil isi hutan dan menyulapnya jadi perkebunan sawit.

Alhasil selama kurun waktu 6 tahun habis luluh lantak hutan di kawasan Kuantan Singingi dan selama 6 tahun itu truk-truk balak / loging tidak kurang dari 100 unit setiap harinya mengangkut kayu gelondongan dari dalam hutan. Sejak itu pula terjadi perubahan kultural dan budaya masyarakat, memang ada sebagian berdampak positif pada masyarakat setempat, tetapi tanpa disadari itu adalah awal dari dampak buruk jangka panjang untuk kehidupan generasi berikutnya

Dahulunya tiap tahun masyarakat dan suku-suku di sana dengan gampangnya masuk hutan untuk mencari kayu-kayu besar berdiameter tidak kurang dari 1 meter untuk dibuat Perahu Jalur yang menjadi symbol kebudayaan di daerah ini, dengan berbagai macam ritual pemilihan dan penebangan batang kayu pilihan untuk Perahu Jalur. Tapi saat ini sudah sangat sulit untuk mendapatkan pohon besar yang bisa digunakan untuk membuat Perahu Jalur, karena hampir semua kawasan hutan sudah disulap menjadi hamparan permadani kebun sawit dan saat itu pun juga sudah dimulai pemunahan kultur dan budaya tradisional di rantau kuantan.

Sang Penghuni Hutan seperti Harimau dan Gajahpun sering bertamu ke kampung-kampung sekedar untuk mencari makan untuk kelangsungan hidup gerombolan mereka, tapi apa mau dikata, justru kedatangan mereka disambut dengan penolakan, perburuan dan pembunuhan oleh orang-orang kampung. Tidak ada satupun unsur di Alam ini yang kuasa menahan derasnya arus pengrusakan oleh para kroni-kroni pejabat berkuasa dengan para cukong. Masyarakat dan tokoh-tokohnya, mahasiswa dan juga beberapa LSM-pun yang katanya berwawasan pelestarian alam juga tidak mampu berbuat banyak, malah kebanyakan diPasrahkan untuk menerima perubahan kebijakan kehutanan saat itu yakni "Pengubahan sebagian Fungsi Hutan", katanya sebagian, tapi kenyataannya tidak kurang dari 97% hutan berubah fungsi.

Alhasil dampak dari perbuatan tersebut sangat dirasakan di awal tahun 1990-an dengan disertai masuknya era modernisasi di Indonesia, hampir di seluruh Indonesia sudah mulai Latah dan setiap tahun kedatangan tamu-tamu Alam yang Murka, mulai dari perilaku Iklim, Cuaca dan Hujan yang sudah tidak mematuhi jadwal rutin kedatangan sebagai tamu musim Kemarau atau musim Hujan. Di sebagian kawasan Indonesia, tidak di Barat, di Tengah dan di Timur sering kelebihan bulan musim Kemarau dan musim Hujan, bencana Kekeringan mulai bermunculan disetiap pemberitaan media massa, setelah itu diikuti lagi dengan bencana Hujan dan Banjir yang tidak tanggung-tanggung skala dampaknya malah sampai merambat ke Negara tetangga dan sampai pula gejolaknya ke Amerika dan Eropa dengan memberikan berbagai predikat Negara terparah kondisi Hutannya.

Tahun 1990an

Adalah era dimana dimulainya pencanangan pembuatan Ratusan Hektar Perkebunan Sawit akibat imbas keberhasilan perkebunan sawit yang dimulai oleh beberapa PTP di Sumatera khususnya Sumatera Utara, saat itu Gubernur yang berkuasa dengan sangat getolnya memberikan rekomendasi dan izin pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, merasa mendapat angin segar maka beberapa cukong yang tadinya main kayu, malah berburu izin untuk bisa main lahan untuk sawit.

Alhasil bil husal, jika kita sempat berpergian dengan pesawat udara dengan arah kemana saja di angkasa Riau Daratan, akan tampaklah peta-peta perkebunan sawit dan hutan-hutan yang sudah terbuka untuk persiapan perkebunan sawit. Jika coba untuk mempersentasikan seberapa luas kawasan hutan dan kebun sawit, maka dapat digambarkan seperti Kerupuk Peyek Kacang (rempeyek), dimana kacang-kacang yang ditebarkan di atasnya tak ubahnya sebagai hutan yang masih tersisa di dalam hamparan perkebunan sawit yang maha luas.

Dengan pengetahuan yang sangat terbatas, kita memprediksikan 10 -15 tahun ke depan lahan-lahan sawit yang terhampar seluas-luasnya dari kawasan Pekanbaru pinggiran sampai ke Duri-Dumai jika sudah habis masa produktifnya dan jika tidak dilakukan peremajaan atau penggantian dengan tanaman hutan kembali, maka akan menjadi hamparan tanah dan bukit-bukit gersang, karena lahan yang tadinya ditanami sawit otomatis akan menjadi tidak subur dan gersang, artinya bisa membuat hamparan padang gersang dan mungkin pasca 10 -15 tahun tersebut, lahan / padang gersang tersebut seolah-olah akan menjadi padang pasir atau gurun di seperti di Arab sana dan bisa dijadikan rute latihan Manasik Haji untuk jamaah haji asal Riau dan mungkin provinsi tetangga juga bisa numpang latihan Manasik Haji ke Kawasan Riau Daratan.

Tahun 2000an

Adalah era dimana apa yang sudah diperbuat / ditanam di era '80an dan '90an akan dipanen besar-besaran di era '00an, bisa ditebak dan bisa dibaca dan malah sudah banyak yang terbukti. Apa yang terjadi di Negara ini khususnya adalah bermula dari apa yang terjadi dan dilakukan di 2 (dua) era sebelumnya ; Panas, Angin badai dan Hujan yang tidak lagi mengikuti ke-teratur-an dan memusingkan banyak pakar di BMG, kekeringan, banjir, tanah longsor dan penurunan permukaan tanah, lahan pertanian dan persawahan yang mengalami iklim dan cuaca yang tidak menentu menjadi gagal panen, penyebaran penyakit yang sudah tidak alami lagi dan gampang menyebar ke kota-kota dan daerah-daerah sekitar, karena tidak adanya paru-paru alam. Angin yang tidak menentu tidak tertahankan oleh tumbuhan-tumbuhan yang ada sehingga debu virus, bakteri kuman yang terbawa bisa dengan cepat dan gampang bermigrasi dan tidak bisa ditahan dan diikat oleh tumbuhan alam seperti layaknya hutan untuk mengubah zat-zat yang beracun menjadi normal dan diturunkan ke bumi untuk dinetralkan.

Udara kotor dan tercemar di suatu kawasan industri hanya dalam kurun waktu tidak kurang dari 5 jam sudah menyebar sampai ke luar daerah atau negeri karena tidak tertahankan oleh adanya hutan yang semestinya bisa menjalankan fungsinya sebagai paru-paru dunia.

Meskipun opitimis dengan gerakan-gerakan peng-hutan-an kembali baik yang dicanangkan oleh pemerintah maupun pihak swasta, kita hanya bisa berharap semoga canangan tersebut bisa dijalankan dengan komitmen tinggi dan semoga 5 atau 10 tahun mendatang populasi hutan di negara ini bisa meningkat drastis. Semoga segala kemurkaan Alam di negara ini bisa segera reda.

Kembaliiiii kan alamkuuuuuu. ...

Seperrrrrttiiiiii yang duluuuuuu..

Norahmansyah [Ca' Noer]

Jakarta




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

Tidak ada komentar:

Kedaulatan Rakyat Atas Ruang Harus Segera Diwujudkan

Suaka Margasatwa

Balai Raja

Giam Siak Kecil

Bukit Batu

Danau Pulau Besar

Bukit Rimbang Bukit Baling

Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

 Tasik Tanjung Padang

Tasik Serkap

Tasik Metas

Tasik Belat

 Kerumutan

Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

Perbandingan RTRWN Terhadap RTRWP

[RTRWN-RTRWP2.gif]