Sumber: www.republika.co.id
Senin, 13 Agustus 2007 16:29:00
Jakarta-RoL-- Seiring dengan perubahan iklim yang kian terasa dampak negatifnya, menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar mendesak agar fenomena alam ini disosialisasikan kepada masyarakat.
"Pemanasan global dan perubahan iklim sangat penting disosialisasikan, karena efeknya sangat besar bagi masyarakat," kata Rachmat saat membuka lokakarya dan kompetisi iklan layanan masyarakat, film dokumenter, poster, dan foto tentang pemanasan global bertema "Merdeka dari Kerusakan Lingkungan", di Jakarta, Senin.
Fenomena perubahan iklim, lanjut Rachmat, patut diberitahukan ke masyarakat sesegera mungkin. "Lebih cepat, lebih baik. Karena fenomena perubahan iklim tidak bisa dihindari lagi, kita hanya bisa mengurangi dampak negatifnya (mitigasi) atau menghambat laju prosesnya," kata dia.
Sementara itu masyarakat harus menyesuaikan diri atau adaptasi dengan keadaan ini, tambah Rachmat. "Masyarakat harus diberitahu soal perubahan iklim supaya mereka siap-siap. Dan penyampaian informasi tidak bisa cuma lewat pidato, tapi harus lewat iklan di media massa," ujarnya. Intinya adalah mempersiapkan masyarakat terhadap perubahan iklim," kata dia.
Rachmat menjelaskan, bila sudah diberitahu soal perubahan iklim, psikologi masyarakat tidak akan kaget lagi menyikapi perubahan suhu dan kenaikan air muka laut. Mengutip informasi yang disampaikan oleh pakar iklan RTS Masli, industri iklan di seluruh media massa di Indonesia menyerap uang sekitar Rp32 triliun per tahun. Dari porsi pangsa pasar yang demikian besar, iklan konsumsi merupakan yang dominan.
"Iklan perubahan iklim buat Indonesia harus menyesuaikan dengan budaya dan nuansa yang khas lokal, supaya bisa dipahami dengan baik oleh khalayak Indonesia," kata Masli. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi terhadap perubahan iklim.
Salah satu dampak negatif perubahan iklim di ekosistem Indonesia adalah kenaikan air laut serta pola intensitas hujan. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menyebutkan banjir di Jakarta pada awal tahun 2007 lalu terjadi akibat pola hujan yang berubah. Walaupun terjadi dalam durasi yang normal, tapi intensitas curah hujan tiga kali lipat lebih tinggi, sehingga banjir tidak bisa dihindari. antara
mim
Re: DEAR FRIEND
1 bulan yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar