02 September, 2007

Ribuan Ikan di Kampar Mati

Dari: raflis - <raflis@jikalahari.org>
Kepada: tata_ruang_riau@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 7 Agustus, 2007 10:03:33
Topik: [tata_ruang_riau] Ribuan Ikan di Kampar Mati

Ribuan Ikan di Kampar Mati

07 Agustus 2007 Pukul 08:55

BANGKINANG (RP)- Musibah matinya ribuan ikan keramba yang terapung di Sungai Kampar tepatnya di Desa Ranah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar kembali terjadi. Diperkirakan hampir 5.000 ekor Ikan Lemak yang dipelihara petani mati mendadak karena menyusutnya air Sungai Kampar dalam volume yang cukup besar secara mendadak.

Pantauan Riau Pos di lokasi kejadian, Senin (6/8) para petani nampak lesu karena ikan-ikan yang hanya menunggu giliran panen tiba-tiba mati, ini berarti pupus harapan petani untuk mendapatkan keuntungan seperti yang diidam-idamkan selama ini.

Ketua Kelompok Tani Keramba Ranah Makmur, Desa Ranah, Kecamatan Kampar Habibun Nazar, saat ditemui Riau Pos memaparkan bagaimana paniknya para petani kerambah ketika mengetahui ikan mereka telah mati terapung.

Sebenarnya, surutnya air Sungai Kampar telah menunjukkan gejalanya sejak dua pekan terakhir, namun volume surut itu tidak begitu signifikan sehingga petani masih bisa mengantisipasi dengan menggeser keramba agak ke tengah sungai.

Namun, pada Ahad (5/8) malam, setelah Salat Magrib ternyata air surut begitu cepat hingga mencapai lebih kurang satu meter dari sebelumnya. Kondisi ini, membuat suhu udara di dalam keramba menjadi panas, sehingga ikan-ikan yang ada di dalamnya mengalami kekurangan oksigen dan akhirnya mati.

Menyikapi hal itu, para petani pun panik dan tidak sempat lagi bergotongroyong menyelamatkan keramba secara bersama, tapi mereka terpaksa hanya menyelamatkan keramba masing-masing. Bahkan untuk menyelamatkan ikan yang telah mati supaya tidak membusuk, sebagian besar petani pada malam harinya terpaksa tidak tidur untuk membersihkan ikan lalu diberi garam dan diasinkan. Tapi karena banyaknya ikan yang harus dibersihkan membuat sebagian lainnya yang belum dibersihkan pada pagi kemarin sudah mulai menimbulkan bau busuk.

Data sementara yang diperoleh, ada enam keramba yang sudah siap panen dan rata-rata jumlah ikan di dalamnya sebanyak 500-650 ekor per keramba yang berbobot masing-masing 1 kilogram hingga 1,5 kilogram per ekor, seluruhnya mati. Kemudian, ada juga sekitar enam keramba yang mati sebanyak 250-300 ekor dengan bobot yang sama.

Bagi petani yang sempat menyelamatkan keramba ada yang hanya mengalami kerugian matinya ikan lebih kurang 10-20 ekor saja.

Harga ikan perkilogramnya Rp20 ribu sehingga total kerugian diperkirakan lebih dari Rp100 juta. ''Yang sulit menyelamatkan adalah keramba yang letaknya agak ke pinggir, sedangkan yang di tengah pada umumnya dapat diselamatkan,'' ujar Nazar.

Menyikapi hal ini, Nazar menyebutkan kemungkinan besar hal ini karena berkurangnya buangan air di PLTA Kotopanjang, dan kejadian ini adalah kejadian yang ketiga kalinya.

Sungai Kampar kini bukan hanya sekadar tempat mandi dan cuci pakaian saja bagi warga, karena untuk Desa Ranah ada ada 450 kepala keluarga (KK) yang menggantungkan hidup dari hasil kerambah ikan.

''Oleh karena itu hendaknya pihak PLTA memberitahukan kepada kami apabila hendak mengurangi pembuangan air dalam jumlah besar. Sebab, jika tiap tahun seperti ini, punahlah mata pencaharian masyarakat,'' ucap Nazar.

Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kampar Ir Syahmanar S Umar. Ia menyebutkan, pihaknya juga tidak mendapatkan pemberitahuan dari PLTA tentang pengurangan pembuangan air.

'Kalau banjir, mereka cepat memberitahukan kepada kita, tapi kalau kering seperti ini tidak ada pemberitahuan. Kita harapkan ke depan ada koordinasi yang lebih baik lagi antara Pemkab, petani dengan pihak PLTA,'' ucapnya.(why)

http://www.riaupos. com/

catatan:

Berkurangnya debit air secara drastis pada musim kemarau serta banjir yang terjadi pada musim hujan mengindikasikan rusaknya sistim hidrologis daerah aliran sungai kampar. Persoalan ini adalah hal yang harus menjadikan perhatian utama dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten. Dibutuhkan kajian dan analisis mendalam tentang sistim hidrologi wilayah untuk mencari penyebab utama dari persoalan ini.

Dapat diasumsikan bahwa pola tutupan lahan pada DAS Kampar menjadi faktor utama dalam hal ini. Penyelesaiannya hanya dapat dilakukan dengan mengatur alokasi pemanfaatan ruang pada DAS kampar dengan melakukan analisis hidrologis serta menertibkan kembali izin pemanfaatan ruang eksisting yang ada diwilayah ini sesuai dengan daya dukung lingkungan dan analisis yang dilakukan dapat dipertanggungjawabk an secara akademis.

Draft rencana tata ruang provinsi riau 2001-2015 belum memasukkan analisis hidologi dalam penetapan alokasi pemanfaatan ruangnya.

Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

Tidak ada komentar:

Kedaulatan Rakyat Atas Ruang Harus Segera Diwujudkan

Suaka Margasatwa

Balai Raja

Giam Siak Kecil

Bukit Batu

Danau Pulau Besar

Bukit Rimbang Bukit Baling

Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

 Tasik Tanjung Padang

Tasik Serkap

Tasik Metas

Tasik Belat

 Kerumutan

Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

Perbandingan RTRWN Terhadap RTRWP

[RTRWN-RTRWP2.gif]